Redirection Chain: Bahaya Tersembunyi untuk SEO Kamu

Redirection Chain pada Website

Highlights

  • Redirection chain dapat menurunkan performa SEO website.
  • Mendeteksi redirection chain dapat menggunakan common SEO tools, seperti Screaming Frog.


Coba bayangkan ketika kamu ingin mengunjungi sebuah toko di pusat perbelanjaan. Untuk sampai ke toko tersebut, kamu mengikuti petunjuk. Namun selalu diarahkan ke tempat yang berbeda. Lama-kelamaan pasti kamu bingung dan memilih untuk menyerah. Nah, itulah yang mungkin dirasakan oleh pengunjung website ketika bertemu redirection chain di website kamu.

Untuk penjelasan lebih lengkapnya, langsung aja kita kulik bersama, mulai dari pengertian redirection chain, hingga cara mengatasi redirection chain agar tidak membahayakan SEO di website kamu.

Apa itu Redirection Chain?

Ketika ada lebih dari satu pengalihan (redirection) antara URL yang diklik atau dituju oleh user, dengan halaman akhir yang berhasil diakses oleh user, hal itu dapat disebut sebagai redirection chain.

Misalnya kamu mengklik sebuah URL. Normalnya kamu akan langsung diarahkan ke halaman tujuan. Namun, ketika bertemu dengan redirection chain, kamu akan dialihkan ke halaman A, lalu ke halaman B, baru kamu bisa diteruskan ke halaman tujuan yang terakhir.

Bagaimana Redirect Chain Bisa Muncul?

Dalam praktik SEO, jenis redirection yang paling sering digunakan adalah redirection 301 dan redirection 302. Redirection 301 digunakan ketika kamu ingin mengalihkan URL secara permanen ke URL yang baru. Sementara redirection 302 digunakan ketika kamu ingin mengalihkan URL sementara ke URL baru dengan tujuan ingin melakukan perubahan di halaman tersebut.

Redirection chain bisa saja muncul ketika kamu:

  • Melakukan Website Migration
    Website migration bisa saja dilakukan untuk tujuan baik. Mungkin kamu ingin menambahkan keamanan website kamu dengan mengubah HTTP menjadi HTTPS, atau kamu ingin mengubah domain untuk memperluas bisnis kamu. Bisa saja redirection chain muncul ketika kamu tidak meng-update redirection yang sudah ada dan justru membuat redirection baru pada URL yang sama.
  • Unaware Double Redirection
    Redirection tidak mudah dideteksi langsung oleh mata manusia. Maka dari itu, mungkin kamu tidak sadar bahwa URL yang ingin di-redirect sudah memiliki halaman redirect lainnya. Hal ini juga bisa memunculkan adanya redirection chain.

Bagaimana Redirection Chain Mempengaruhi SEO?

Kita perlu mengingat dan memahami kembali tujuan menerapkan strategi SEO. Usaha yang kita lakukan pasti berkaitan dengan pengalaman pengguna (user experience) karena search engine, seperti Google, selalu menegaskan bahwa mereka memprioritaskan pengalaman penggunanya.

Ketika redirection chain terjadi di website kamu, beberapa masalah ini bisa saja terjadi, seperti:

  • Memperlambat Indexing
    Sebelum search engine, seperti Google, bisa meng-index halaman website kamu, mereka perlu melakukan crawling. Semakin banyak redirection chain yang menumpuk, Google membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan crawling, sehingga waktu index pun semakin lambat. Selain itu, kamu juga bisa membuang-buang crawling budget karena robot Google perlu mengunjungi setiap halaman yang ada.
  • Mengurangi Performance Website
    Redirection chain membutuhkan beberapa langkah perpindahan dari halaman A, B, C, dan mungkin sampai D. Hal ini dapat mempengaruhi dan memperlambat kecepatan website kamu. Maka dari itu, semakin banyak redirection chain, website kamu akan semakin lambat.
  • Kehilangan Page Authority
    Tidak jarang kamu mendapatkan backlink dari website yang memiliki reputasi baik. Sejumlah backlink tersebut dapat menjadi vitamin untuk website kamu dan membantu menaikan ranking website di SERP. Ketika sebuah URL hanya memiliki satu redirection, URL yang menjadi tujuan akhir akan mendapat 100% authority yang dimiliki halaman sebelumnya. Sementara jika ada lebih dari satu redirection, URL yang menjadi tujuan akhir tidak akan mendapat 100% authority.

Nah, masalah tersebut bisa saja merusak hubungan baik yang sudah kamu bangun dengan user dan search engine. Akibatnya, strategi SEO yang sudah kamu tanamkan dengan baik dalam website kamu, bisa rusak karena redirection chain.

Cara Mengidentifikasi Redirection Chain di Website

Untuk mengidentifikasi redirection chain yang ada di website, kamu bisa memeriksa halaman satu per satu secara manual, jika kamu memiliki waktu luang. Namun, jika kamu mencari cara yang praktis tanpa menghabiskan banyak waktu, tentu ada solusinya!

Kamu bisa menggunakan online tools semacam redirect checker yang bisa membantu kamu memeriksa adanya redirection chain di website kamu. Tools yang paling banyak digunakan antara lain:

  • Screaming Frog
    Screaming Frog dapat bantu mempermudah proses identifikasi redirection chain yang ada di website kamu. Tools ini tersedia secara gratis dengan batas crawling 500 URL. Kalau kamu memiliki website dengan cakupan kecil, mungkin tools ini akan cocok untuk kamu.
  • Sitebulb
    Menggunakan Sitebulb kamu dapat mengidentifikasi redirection chain dengan fitur reportnya yang akan menunjukkan evaluasi kualitas crawling website, isu redirect yang ada, serta distribusi link yang ada dalam website. Tools ini menyediakan free trial selama 14 hari.
  • Redirect-checker.org
    Free online tools yang satu ini bisa kamu gunakan jika kamu ingin memeriksa spesifik URL. Jadi, kurang efektif apabila kamu memiliki website dengan halaman yang banyak dan sudah sering melakukan redirection.

Strategi Mengatasi Redirection Chain untuk Meningkatkan SEO

Sebenarnya, mengatasi redirection chain tidak serumit yang dibayangkan. Prosesnya akan sangat mudah apabila kamu telah memiliki list yang mencakup semua URL dengan redirection chain.

Kamu hanya perlu memutus rantainya dengan memperbarui redirection dalam URL awal. Arahkan halaman awal menggunakan redirection 301 ke halaman tujuan paling akhir. Jadi, tidak ada lagi pengalihan lebih dari satu kali.

Contoh Menghilangkan Redirection Chain

Ada sebuah URL A yang dialihkan ke URL B. Lalu di kemudian hari URL yang tersebut dialihkan kembali ke URL C. Jika hal ini terjadi lagi, bisa saja sampai ke URL D.

Nah, yang perlu kamu lakukan adalah mengganti atau memperbarui redirection URL A, yang sebelumnya URL B menjadi URL C (atau URL D jika ada). Sementara redirection pada URL B bisa dipertahankan ke URL C.

Setelah hal ini dilakukan, redirection chain akan hilang dan performa SEO kamu diharapkan akan kembali seperti semula atau bisa jadi lebih baik dari sebelumnya. Namun, kalau kamu masih mengalami beberapa tantangan atau hambatan saat menyelesaikan masalah ini, langsung saja ngobrol dengan konsultan SEO kami.


Frequently Asked Questions (FAQs)

  • Apa yang dimaksud dengan redirection?
    Redirection (pengalihan) adalah sebuah pemberitahuan dari server website untuk user dan search engine bahwa sebuah halaman telah dipindahkan ke URL yang berbeda, baik secara permanen atau sementara.
  • Apakah terlalu banyak redirection merugikan SEO?
    Dasarnya redirection digunakan untuk membantu user dan search engine. Selama redirection dikelola dengan tepat, maka tidak akan merugikan SEO, melainkan memberikan keuntungan bagi SEO.
  • Seberapa burukkah redirection chain?
    Redirection chain dapat menurunkan performa website dan mempersulit search engine untuk crawling. Jika tidak diatasi, secara perlahan website akan kehilangan traffic karena search engine menganggap website kamu tidak ramah pengguna.
  • Bagaimana cara mendeteksi redirection chain?
    Mendeteksi redirection chain dapat menggunakan Screaming Frog, Deepcrawl, Sitebulb, atau free online tools yang tersebar di internet.
  • Mengapa memperbaiki redirection chain?
    Memperbaiki redirection chain dapat memperbaiki kualitas dan otoritas website, sehingga dipercaya search engine untuk ditampilkan kepada pengguna.
Facebook
LinkedIn
Twitter
WhatsApp
Email
Redirection Chain pada Website

if you want to learn more about the trends